GMSMEDIA.CO.ID-GUBERNUR Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM) kembali menjadi perbincangan hangat di ruang publik. Sosok KDM ini dikenal aktif membagikan kegiatan hariannya melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, hingga YouTube.
Namun, gaya komunikasi publik yang intens di ranah digital ini, mulai sangat membantu masyarakat dan menghemat biaya media yang biasanya memberatkan anggaran Pemda hingga puluhan miliar rupiah.
Dalam rapat kerja Komisi II DPR baru-baru ini, Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, secara terang-terangan menjuluki Dedi sebagai “Gubernur Konten”.
Julukan itu dinilai sebagai sindiran terhadap kegemarannya tampil di media sosial ketimbang menampilkan kinerja birokratis konvensional.
Kritik serupa juga muncul dari berbagai kalangan justru membuat KDM makin disukai masyarakat, bukan saja masyarakat Jawa Barat namun hampir seluruh masyarakat.
“KDM sekalian jadi Gubenur kami saja, karena di daerah kami tak terlihat Gubernurnya kerja” kata beberapa nitizen dalam komentar di medsos.
Fenomena viral KDM juga masuk ke Provinsi Jambi, tepatnya di Simpang Lampu Merah Pal 10 Kota Jambi terlihat Bilboard ukuran raksasa bertuliskan “Kenapa Kerja Pemimimpin disini tak terlihat..karena KDM Gubernur Jawa Barat”.
Sepertinya tulisan ini bentuk kritik dari seorang anak Jambi Firmansyah Lawyer, sepertinya beliau prihatin melihat kinerja pemimpin Jambi, hingga muncul lah kritik tersebut.
Firmansyah juga pernah membuat kritik menjelang Pilkada dengan tulisan “NO PHP..Kito Ganti dengan yang Merakyat dan Berkomitmen”.
“Kita jadikan KDM sebagai contoh bagaimana dia kerja cepat menanggulangi banjir di Bekasi, dalam hitungan hari itu sungai(kali) Bekasi Baru langsung berubah drastis, lah ini di Jambi banjir di Simpang Mayang dan Pucuk bertahun-tahun tak kunjung selesai, padahal itu wilayah kerja Gubernur bukan Walikota Jambi,” ungkapnya.
Parahnya lagi, diperiode kedua kepemimpin Gubernur Jambi ini apa yang pernah menjadi program yaitu menormalisasikan Sungai Batanghari sampai tak terlaksana, terlihat Sungai kita saat ini masih keruh dan dangkal.
Ironisnya Gubernur malah membuat Mega Proyek yang tak populer terkesan menghamburkan anggaran tapi tak menyentuh masyarakat langsung.
“Semoga kritik dari saya menjadi pelecut dan pemimpin di Jambi jangan anti kritik, karena kritik bukti kita sayang bukan benci,” kata bang Firman.(***)
Discussion about this post