GMSMEDIA.CO.ID-Sorotan tajam kembali tertuju pada Helen’s Play Mart Jambi menyusul terjadinya dua insiden kekerasan dalam sepekan terakhir. Ketua DPW Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK) Provinsi Jambi, Yoshe Rizal, SH, mendesak agar tempat hiburan malam itu segera ditutup. Ia menilai keberadaan Helen’s Play Mart tak lagi sejalan dengan nilai moral dan adat yang dijunjung masyarakat Jambi.
Yoshe menyampaikan pernyataan kerasnya pada Sabtu (14/6/2025), menyusul viralnya video-video yang menunjukkan tindak kekerasan di lokasi tersebut. Dalam pandangannya, tempat hiburan yang memfasilitasi konsumsi alkohol tanpa kontrol ketat rentan memicu tindakan anarkis. Ia pun meminta lembaga adat serta DPRD Kota Jambi, khususnya Komisi I, untuk segera mengkaji dan mendorong Wali Kota mengeluarkan rekomendasi penutupan.
“Saya minta kepada lembaga adat Jambi untuk segera mengeluarkan sanksi penutupan terhadap Helen’s Play Mart ini. Juga kepada DPRD Kota Jambi, khususnya Komisi I, agar segera melakukan kajian dan mengeluarkan rekomendasi ke Wali Kota untuk menutup tempat tersebut,” tegasnya.
Keresahan Yoshe bukan tanpa alasan. Dalam sepekan, dua insiden kekerasan mencuat ke publik. Kasus terbaru terjadi pada Jumat dini hari (13/6/2025), di mana seorang pria berinisial NR, yang diketahui merupakan mahasiswa, menjadi korban pemukulan oleh seorang perempuan berinisial ZS. Kejadian ini diduga dilatarbelakangi motif kecemburuan. Peristiwa itu terjadi di area parkir Helen’s dan terekam dalam video berdurasi 15 detik yang beredar luas di media sosial, menunjukkan korban dipukul tanpa ada intervensi berarti dari petugas keamanan.
Akibat kejadian tersebut, NR mengalami luka serius di bagian kepala dan harus menerima tiga jahitan. Laporan polisi telah dibuat dengan nomor STTLP/B/400/VI/2025/SPKT/POLRESTA JAMBI/POLDA JAMBI. Tak hanya itu, kasus serupa yang terjadi beberapa hari sebelumnya juga mencuat, memperlihatkan seorang perempuan meringis kesakitan dengan luka di kepala. Dalam klarifikasi resmi, pihak kepolisian menyebut pelaku berinisial DP telah diamankan, dan benda yang digunakan dalam penyerangan tersebut adalah airsoft gun, bukan senjata api sebagaimana sempat ramai dibicarakan.
Dua insiden dalam waktu berdekatan itu memicu kekhawatiran luas di masyarakat. Banyak pihak mempertanyakan lemahnya sistem pengawasan baik dari pihak manajemen maupun aparat terkait. Keberadaan benda berbahaya yang bisa lolos masuk ke dalam lokasi hiburan menjadi indikator bahwa standar keamanan di Helen’s Play Mart patut dipertanyakan.
Yoshe menilai bahwa jika tidak ada langkah tegas, maka tempat hiburan seperti Helen’s hanya akan menjadi sumber kerusakan moral bagi generasi muda. Ia bahkan menyinggung bahwa semboyan Kota Jambi sebagai daerah beradat akan kehilangan makna. “Kalau ini terus dibiarkan, semboyan Kota Jambi Beradat akan berubah jadi Kota Jambi Tidak Beradat,” ujarnya.
Desakan untuk mencabut izin operasional Helen’s Play Mart kini menguat, tidak hanya dari elemen masyarakat sipil, tetapi juga dari kalangan tokoh adat dan pemerhati sosial. Publik menilai bahwa tindakan preventif harus segera diambil sebelum terjadi korban jiwa. “Sudah waktunya tempat ini ditutup sebelum ada korban jiwa. Jangan tunggu ada yang mati dulu baru bertindak,” tegas Yoshe.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak manajemen Helen’s Play Mart maupun dari Wali Kota Jambi terkait tekanan publik dan tuntutan penutupan tersebut. (***)
Discussion about this post